Hamas dan Israel Bersitegang Soal Pemulangan Jenazah Sandera

Ilustrasi anak-anak Gaza merayakan gencatan senjata, bernyanyi dan tersenyum, sementara kebutuhan mendesak seperti kesehatan, gizi, air, pendidikan, dan dukungan psikososial harus segera dipenuhi agar mereka dapat pulih dan tumbuh. Foto : x.com/UNICEFmena/
Hamas mengatakan bahwa pemulangan jenazah para sandera "mungkin membutuhkan waktu" karena beberapa terkubur di terowongan yang hancur akibat pengeboman Israel.
Share the Post:

GAZA – Hamas dan Israel saling tuding terkait pemulangan jenazah. Israel menuntut Hamas untuk berbuat lebih banyak guna memastikan pemulangan jenazah 19 sandera yang tersisa di Gaza dengan cepat. Israel mengancam akan melanjutkan pertempuran jika Hamas gagal melakukannya. 

Seperti diberitakan oleh NBC, Hamas mengatakan bahwa pemulangan jenazah para sandera “mungkin membutuhkan waktu” karena beberapa terkubur di terowongan yang hancur akibat pengeboman Israel. “Yang lainnya masih tertimbun reruntuhan bangunan yang dibom dan dihancurkan,” katanya dalam sebuah pernyataan. 

Menurut Hamas, mengeluarkan jenazah dari bawah reruntuhan membutuhkan mesin dan peralatan berat. Organisasi militan itu menuduh Israel menghalangi jalan masuk mereka. 

Pada Kamis (16/10/2025), Kementerian Kesehatan Gaza menyebarkan foto jenazah warga Palestina sandera Israel yang dikembalikan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. Foto tersebut menunjukkan bahwa keadaan jenazah dalam keadaan tidak utuh dan banyak luka-luka bekas penyiksaan. Jenazah-jenazah itu juga dikembalikan dalam kondisi yang sulit dikenali. 

“Beberapa jenazah dalam keadaan terikat ke punggungnya, bahkan ada yang dalam keadaan lehernya terikat tali,” ujar Kepala Kedokteran Forensik di Gaza, Dr. Ahmed Edheir.  Pasukan militer Israel (IDF) menolak menanggapi hal ini ketika dikonfirmasi oleh NBC. 

Ancaman Trump

Sebagai bagian dari fase pertama perjanjian, militer Israel telah menarik sebagian pasukannya. Israel mengatakan pada Jumat pagi bahwa mereka akan mendirikan penanda fisik di sepanjang “garis kuning”, tempat militernya sekarang ditempatkan di Gaza, dengan peringatan bahwa “setiap pelanggaran atau upaya untuk melewati garis tersebut akan dibalas dengan tembakan.”

Kekerasan telah meningkat di daerah kantong tersebut seiring Hamas mencoba menegaskan kembali kendalinya atas wilayah yang dilanda perang tersebut, dengan setidaknya satu eksekusi publik dan bentrokan dengan geng-geng saingan.

Trump menyatakan ketidaksenangannya terhadap hal ini. “Jika Hamas terus membunuh orang-orang di Gaza, yang bukan merupakan kesepakatan, kami tidak punya pilihan selain masuk dan membunuh mereka,” tulisnya di platform media sosialnya, Truth Social. 

Masuknya bantuan kemanusiaan vital ke daerah kantong tersebut juga menjadi poin perdebatan. Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah mengirimkan 560 ton bantuan sejak gencatan senjata dimulai, tetapi belum memulai distribusi di Kota Gaza yang dilanda kelaparan karena jalur-jalur penyeberangan utama di utara masih ditutup.

“Agar dapat terus berjalan — dan menjangkau semua orang — kami membutuhkan akses yang berkelanjutan dan lingkungan operasional yang stabil,” demikian pernyataan WFP dalam sebuah unggahan di X. 

Dilansir Al Jazeera, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan memiliki cukup persediaan tempat tinggal untuk 1,3 juta orang di Gaza, tetapi mereka dihalangi untuk memasuki wilayah tersebut. “UNRWA memiliki apa yang dibutuhkan – hanya beberapa jam berkendara dari sini – dan memiliki tim serta infrastruktur untuk mendistribusikannya,” kata badan tersebut di X.

Seperti dilaporkan Al Jazeera, banyak dari puluhan ribu warga Palestina yang kembali ke Gaza utara ketika gencatan senjata diberlakukan mendapati rumah dan lingkungan mereka hancur total akibat pemboman Israel.

Kepala badan kemanusiaan PBB mengatakan pekan lalu bahwa badan global tersebut berharap dapat membawa ribuan tenda ke Gaza untuk membantu keluarga-keluarga yang mengungsi dan mereka yang tidak memiliki tempat tinggal yang memadai. Tom Fletcher mengatakan bahwa sangat penting untuk meningkatkan respons sebelum musim hujan mendatang.

Pelapor khusus PBB untuk hak atas perumahan yang layak pekan lalu juga meminta Israel untuk mengizinkan masuknya tenda dan rumah mobil secara mendesak guna membantu warga Palestina melintasi wilayah tersebut. “Bahkan bantuan dan pertolongan langsung kepada rakyat Gaza pun mustahil kecuali Israel berhenti mengendalikan semua titik masuk. Itu penting,” ujar Balakrishnan Rajagopal kepada Al Jazeera. (Lina Nursanty)