Bertemu Presiden Korsel, Prabowo Tegaskan Melanjutkan Proyek Pesawat Tempur KF-21 

Suasana pertemuan bilateral antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2025, di Hwabaek International Convention Center (HICO), Gyeongju, pada Sabtu, 1 November 2025. Foto : BPMI Setpres
Proses negosiasi proyek tersebut tengah berjalan dan melibatkan pembahasan teknis antara kedua pihak.
Share the Post:

GYEONGJU – Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus melanjutkan proyek pesawat tempur KF-21 bersama dengan Korea Selatan (Korsel). Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan hal tersebut kepada Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung pada pertemuan bilateral di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2025, yang berlangsung di Hwabaek International Convention Center (HICO), Gyeongju, pada Sabtu, 1 November 2025.

Presiden Prabowo menegaskan bahwa kerja sama di bidang pertahanan yang telah berlangsung akan terus diperkuat, termasuk dalam pembahasan lanjutan proyek pesawat tempur bersama KF-21. Presiden Prabowo juga menjelaskan bahwa proses negosiasi proyek tersebut tengah berjalan dan melibatkan pembahasan teknis antara kedua pihak.

“Negosiasi masih berlanjut, dan tentu saja negosiasi selalu bergantung pada faktor ekonomi, harga, dan skema pembiayaan. Jadi, saya rasa para menteri kami akan terus berdiskusi dengan tim Anda, dan tim teknis kami juga akan melanjutkan hal ini,” ucap Presiden Prabowo dalam laman presidenri.go.id.

Jet tempur KF-21 Boramae merupakan hasil dari kerja sama jangka panjang antara Indonesia dan Korea Selatan yang telah dirintis sejak lebih dari satu dekade lalu. Gagasan kolaborasi ini pertama kali muncul pada 2009 melalui nota kesepahaman awal yang menunjukkan komitmen kedua negara untuk bersama-sama mengembangkan pesawat tempur modern.

Kerja sama tersebut kemudian diperkuat secara formal pada tahun 2011 ketika Kementerian Pertahanan RI dan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) dari Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan menandatangani nota kesepahaman untuk proyek pengembangan jet tempur yang kala itu diberi nama KFX/IFX.

Seiring waktu, pesawat tempur hasil kolaborasi ini diberi nama resmi KF-21 Boramae. Pesawat ini dirancang sebagai jet tempur generasi 4,5 yang dilengkapi kemampuan semi-siluman (semi-stealth), serta berbagai fitur teknologi canggih yang menjadikannya salah satu kandidat kuat untuk memperkuat pertahanan udara di kawasan.

Dalam proyek pengembangan KFX/IFX ini, saat itu kedua negara menyepakati skema pembiayaan bersama (cost sharing), di mana Indonesia menyumbang sekitar 20 persen dari total anggaran proyek. Komitmen pendanaan Indonesia dalam proyek ini mencapai sekitar USD 1,5 miliar. Proyek KF-21 Boramae menjadi salah satu simbol kemitraan strategis Indonesia-Korea Selatan di bidang pertahanan dan menjadi bagian penting dari upaya Indonesia membangun kemampuan industri pertahanan dalam negeri yang tangguh dan berdaya saing global. 

Kemitraan strategis antara Indonesia dan Korea Selatan dalam proyek pengembangan pesawat tempur bersama KF-21/IF-X diwarnai sejumlah ‘’drama’’.  Kerja sama ini sempat tersendat karena pembiayaan dan belum adanya lisensi teknologi dari Amerika Serikat. Lisensi dari AS yang belum diperoleh diantaranya: radar active electronically scanned radar (AESA), electro-optical targeting pod, infrared search-and-rescue systems, dan radio frequency jammer. Setelah proses negoisasi sejak 2021, Indonesia melanjutkan lagi keterlibatannya dalam proyek KF-21. Pembayaran yang dilakukan Indonesia direvisi menjadi USD 1,35 miliar. 

Kemudian, lima teknisi dari PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang sebelumnya sempat diperiksa oleh otoritas hukum Korea Selatan terkait dugaan pencurian data sensitif proyek jet tempur KF-X/IF-X, akhirnya pada Juni 2025 lalu dipulangkan ke Tanah Air. Kejaksaan Korea Selatan menyatakan tidak menemukan unsur pelanggaran hukum, sehingga kasus ini tidak dilanjutkan ke tahap persidangan.

Dalam perjalanannya, Korsel akhirnya mampu mengembangkan sistem radar AESA melalui pabrikan lokal, Hanwha Systems. KF-21 pun berhasil terbang perdana pada 2022. Sebuah pencapaian penting berhasil dicatat dalam kerja sama strategis antara Indonesia dan Korea Selatan di bidang pertahanan. Untuk pertama kalinya, seorang pilot dari TNI Angkatan Udara, Kolonel Pnb Ferrel Rigonald, menerbangkan langsung prototipe jet tempur generasi 4,5 KF-21 Boramae dalam sesi uji terbang yang berlangsung di Lanud Sacheon, Korea Selatan, Jumat (27/6/2025).

Penampakan pesawat tempur KF-21 yang dibuat hasil kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia. Foto : istimewa

Pertemuan Juga Bahas Kerja Sama Bidang Ekonomi dan Budaya 

Pertemuan yang berlangsung dalam suasana akrab dan saling menghormati itu membahas berbagai aspek kerja sama strategis antara kedua negara. Selain bidang pertahanan, Presiden menyampaikan apresiasi atas kemitraan erat yang telah terjalin antara kedua negara di sektor ekonomi. Kepala Negara menuturkan bahwa selama satu tahun terakhir, komunikasi antara Pemerintah Indonesia dan pelaku industri Republik Korea berjalan intensif.

“Saya bertemu pemimpin industri dan bisnis Korea ketika mereka berkunjung ke Indonesia. Kami berdiskusi panjang lebar, dan kami sangat terbuka untuk partisipasi Korea yang berkelanjutan dalam perekonomian kami. Kami berharap dapat melanjutkan kerja sama ini,” ujar Prabowo.

Ikut dalam pertemuan itu adalah Menteri Luar Negeri Sugiono, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, serta Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani. 

Pada pertemuan, Presiden Prabowo juga telah menyampaikan pentingnya penguatan kerja sama kebudayaan dengan Republik Korea. Kolaborasi yang erat di bidang budaya dapat memicu pertumbuhan industri kreatif lokal, mendorong daya saing budaya Indonesia, serta mendongkrak sektor-sektor ekonomi strategis lainnya seperti pariwisata.

Adapun dalam pengantarnya, Presiden Lee menekankan bahwa hubungan Republik Korea–Indonesia telah berkembang pesat dan mencakup berbagai sektor strategis. Ia menegaskan bahwa kerja sama antara kedua negara kini telah mencapai tingkat kemitraan yang sangat tinggi.

“Republik Korea (Korsel)dan Indonesia telah membangun kerja sama di berbagai bidang dalam jangka waktu yang panjang. Kita telah membangun kerja sama di berbagai bidang, misalnya, di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi, serta di bidang pertahanan dan keamanan, dan kami telah membangun tingkat kerja sama ini ke tingkat yang sangat tinggi,” ujar Presiden Lee.

Presiden Lee juga menyampaikan apresiasi terhadap kemajuan kolaborasi kedua negara di bidang pertahanan, khususnya dalam proyek pengembangan bersama pesawat tempur generasi baru KF-21. Presiden Lee juga mengaitkan hubungan erat kedua negara dengan nilai-nilai historis yang lahir dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.

“Kita semua telah belajar dari sejarah bahwa Indonesia telah memimpin pembentukan Semangat Bandung. Dan jika kita melihat elemen-elemen kunci dari Semangat Bandung, itu adalah keseimbangan, otonomi strategis, kerja sama, dan pragmatisme. Dan nilai-nilai ini merupakan pilar yang sangat kuat bagi kebijakan luar negeri Korea,” tandas Presiden Lee. (Dwi Sasongko)