Tonggak Baru Kemitraan Strategis Kebudayaan Indonesia Prancis

Presiden RI Prabowo Subianto dan Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron bersama istri Brigitte Macron menyapa masyarakat di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada Kamis (29/5/2025). Presiden Macron dan istri sangat kagum dengan keindahan situs warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO sejak 1991 ini. Foto : BPMI Setpres
Ada lima kerja sama budaya strategis mencakup bidang permuseuman, perfilman, pengembangan kapasitas sineas muda, riset koleksi dan warisan budaya, hingga kolaborasi dengan Museum Guimet.
Share the Post:

MAGELANG – Kemitraan strategis budaya antara Indonesia dan Prancis resmi diluncurkan yang ditandai kunjungan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Republik Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada Kamis siang (29/5/ 2025). Ada lima kerja sama budaya strategis mencakup bidang permuseuman, perfilman, pengembangan kapasitas sineas muda, riset koleksi dan warisan budaya, hingga kolaborasi dengan Museum Guimet.

Presiden Prabowo menyambut hangat kehadiran Presiden Macron dan menyampaikan bahwa kunjungan ini mencerminkan kesamaan nilai-nilai yang dijunjung oleh kedua bangsa: penghormatan terhadap warisan budaya, toleransi antarumat beragama, serta perdamaian. “Saya percaya hanya dengan persahabatan, kekeluargaan, dan kolaborasi, kita dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik,” ujar Prabowo dalam konferensi pers bersama di pelataran Candi Borobudur.

Presiden Macron menyampaikan kekagumannya terhadap Borobudur sebagai lambang kejayaan artistik dan spiritual Indonesia. “Borobudur bukan sekadar monumen, tetapi adikarya peradaban, simbol multikulturalisme, dan pesan universal toleransi. Saya sangat bangga karena di sinilah, dengan penuh rasa hormat, kami meluncurkan kemitraan budaya strategis antara Indonesia dan Prancis,” ujar Macron.

Macron menjelaskan dua pilar utama Kemitraan Strategis Budaya yang diluncurkan, yakni Warisan Dunia dan Permuseuman, termasuk kolaborasi antara IHA dengan GrandPalaisrmn dan Museum Guimet, serta program kajian warisan dunia bersama UNESCO dan institusi pendidikan di Prancis; serta Industri Budaya dan Kreatif, dengan kerja sama dalam bidang perfilman (CNC dan La Fémis), mode, gim, gastronomi, dan sektor budaya digital lainnya. Presiden Prancis ini juga menekankan pentingnya dukungan terhadap talenta muda melalui skema pendanaan inklusif dan pertukaran kreator.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mendampingi kedua kepala negara berkeliling Borobudur. Dia menjelaskan makna spiritual, sejarah dan konservasi, hingga pelestarian dan nilai-nilai universal Borobudur. Fadli juga menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan dalam pelestarian dan pengembangan keberlanjutan warisan budaya Indonesia dengan pendekatan yang kolaboratif, ilmiah, dan inklusif. “Candi Borobudur adalah warisan peradaban yang hidup, bukan sekadar monumen masa lalu, melainkan pusat inspirasi budaya yang terus berkembang. Melalui diplomasi budaya, Indonesia ingin menjadikan Borobudur sebagai pusat dialog peradaban dan kekuatan lunak Indonesia di panggung global,” ujar Fadli.

Dalam kesempatan itu, Fadli juga memperkenalkan Macron kepada perwakilan pelaku budaya muda dan maestro seni Indonesia dari berbagai bidang, termasuk seni pertunjukan, film, musik, kuliner, hingga teknologi kreatif. Para pelaku budaya ini turut hadir dalam berbagai agenda bersama, termasuk sesi dialog dan penandatanganan kerja sama budaya. Presiden Macron tampak berinteraksi hangat dan antusias, serta berfoto bersama para seniman dan pelaku budaya, menandai semangat kolaboratif dan persahabatan lintas budaya kedua negara. Kunjungan ini sekaligus menutup rangkaian kegiatan lawatan kenegaraan Presiden Macron di Indonesia yang dimulai di Jakarta pada 28 Mei 2025. Rangkaian kunjungan kenegaraan Macron ke Indonesia ini sebagai salah satu wujud komitmen bersama memperkuat kerja sama bilateral kedua negara yang sudah terjalin selama 75 tahun. 

Sebelumnya, Menteri Fadli dan Menteri Kebudayaan Prancis Rachida Dati menandatangani lima kerja sama budaya strategis. Kerja sama mencakup bidang permuseuman, perfilman, pengembangan kapasitas sineas muda, riset koleksi dan warisan budaya, hingga kerja sama dengan Museum Guimet. Penandatanganan ini melengkapi Nota Kesepahaman (MoU) tentang kerja sama kebudayaan yang telah diteken sehari sebelumnya di Istana Negara oleh kedua menteri. Kedua dokumen tersebut menjadi tonggak baru dalam membangun Kemitraan Strategis Kebudayaan antara Indonesia dan Prancis menuju perayaan 100 tahun hubungan diplomatik kedua negara pada 2051.

“Melalui kerja sama ini, Indonesia dan Prancis berkomitmen membangun ruang bersama untuk inovasi, ko-kreasi, dan solidaritas budaya lintas generasi dengan menitikberatkan pada pelestarian cagar dan warisan budaya, pengembangan museum, digitalisasi arsip dan koleksi, penguatan kapasitas SDM budaya, hingga promosi ekonomi dan industri budaya seperti film, musik, wastra, kuliner, seni pertunjukan, dan gim,” ungkap Fadli.

Forum ini juga menghadirkan para pelaku budaya Indonesia dari berbagai bidang, mulai dari perfilman, seni rupa dan seni pertunjukan, musik, gastronomi, mode, hingga teknologi kreatif seperti gim dan animasi, antara lain Didik Nini Thowok, Anggun C. Sasmi, Nasirun, Wregas Bhanuteja, Renatta Moloek, Rianto, Shafiq Husein, Asmara Abigail, Dieky Suprayogi, Thresia Mareta, Harry Halim, Suriawati Qiu, ⁠Jindee Chua, Jun Tirtadji, ⁠Arif Suherman, Dio Pamola, Ajisatria Suleiman, Andi Rahmat, Alia Swastika, ⁠dan Christie Leonardi.

“Kolaborasi antar negara harus melibatkan langsung para pelaku dan pendorong inovasi budaya hari ini. Karena dari merekalah, wajah masa depan budaya Indonesia dan dunia akan ditentukan,” ujar Fadli.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menunjukkan sebuah keris kepada Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati di Kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada Kamis (29/5/2025). Tampak Anggun C Sasmi, penyanyi papan atas Indonesia yang berhasil go internasional dan kini bermukim di Prancis. Foto : Dok Kementerian Kebudayaan RI

Melalui kerja sama ini, kedua negara juga menegaskan komitmen bersama terhadap pencegahan pergerakan ilegal benda budaya dan benda bersejarah, termasuk pelacakan asal-usul koleksi melalui riset pro-venance dan repatriasi berbasis etik. Lebih lanjut, kesepakatan ini juga mendorong pembentukan mekanisme kerja sama antar-lembaga, seperti pertukaran kurator dan konservator, residensi seniman, penyelenggaraan festival bersama, serta penguatan jejaring antara institusi budaya kedua negara. Program seperti Indonesia-France Film Lab, Borobudur Cultural Center, Yayasan PINTU, dan partisipasi dalam Cité internationale des arts di Paris menjadi bagian dari inisiatif konkret yang akan dijalankan.

“Kami ingin memperkuat dialog budaya antara kedua bangsa, terutama melibatkan generasi muda dan pelaku budaya kontemporer. Prancis dan Indonesia memiliki ekosistem budaya yang dinamis dan saling melengkapi. Inilah saatnya kita melangkah bersama membentuk lanskap budaya global yang lebih inklusif, terbuka, dan kolaboratif,” tegas Fadli.

Kerja sama ini juga menegaskan posisi budaya sebagai kekuatan strategis dalam geopolitik dan ekonomi global. Sebagaimana ditegaskan Presiden Prabowo dalam Visi Bersama 2050, Indonesia dan Prancis berkomitmen menjadi pilar stabilitas geo-ekonomi dunia, dengan budaya sebagai pengikat antar bangsa dan fondasi peradaban yang berkelanjutan. (dwi sasongko)